Showing posts with label Metode Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Metode Pembelajaran. Show all posts

Sep 13, 2009

Pembelajaran Kooperatif: Di Dalam dan di Luar Lingkaran

Semua siswa berdiri membentuk dua lingkaran. Lingkaran yang kedua mengelilingi lingkaran pertama. Kedua lingkaran harus memiliki jumlah siswa yang sama sehingga siswa bisa saling berhadapan. Guru mengumumkan atau memberikan sebuah topik atau pertanyaan, dan siswa membahasnya dengan pasangan yang berada di depannya. Kemudian kedua lingkaran berotasi sehingga siswa terpasangkan dengan siswa lain untuk membahas topik atau pertanyaan berikutnya yang diberikan guru.

Langkah-langkah:

a. Siswa membentuk lingkaran.

b. Siswa membahas topik/pertanyaan dari guru dengan pasangannya.

c. Guru memberi aba-aba pada siswa untuk berotasi.

d. Jika memungkinkan, kegiatan akan lebih lancar kalau dilaksanakan di luar kelas.

e. Posisi yang dirotasi sebaiknya diragamkan, dan pergerakan rotasi kadang-kadang dibalikkan arahnya.


Salam Belajar!

Pembelajaran Kooperatif: Menemukan Yang Salah

Setiap siswa menuliskan tiga pernyataan yang terdiri dari atas dua pernyataan benar dan satu pernyataan salah. Di dalam kelompok seorang siswa membacakan pernyataannya dengan suara keras. Kelompok kemudian berdiskusi untuk menemukan pernyataan yang salah. Setelah itu siswa lain membacakan pernyataannya dan didiskusikan. Demikianlah seterusnya sampai semua siswa dalam kelompok mendapat giliran membacakan pernyataan yang telah ditulisnya.

Langkah-langkah:

a. Semua siswa menulis tiga pernyataan; dua pernyataan benar dan satu pernyataan salah.

b. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok.

c. Satu orang siswa membacakan pernyataan.

d. Kelompok mendiskusikan pernyataan mana yang salah dan membetulkannya.

e. Satu orang siswa membacakan pernyataan lagi

f. Kelompok mendiskusikan pernyataan mana yang salah dan membetulkannya, dan seterusnya.



Salam Belajar!

Aug 29, 2009

Pembelajaran Kooperatif: Think Pairs Square

Think Pairs Square atau Berpikir-Berpasangan-Berempat / B3 ini sangat mudah pengelolaan kelasnya. Siswa tidak perlu berpindah dari tempat duduknya.

Tahapan pembelajaran kooperatif model Think Pairs Square / B3 ini hampir sama dengan tahapan pada model Think Pairs Share / B3K kecuali pada langkah d (tahap berbagi). Untuk model Think Pairs Square langkah tersebut diubah menjadi berdiskusi atau bertukar pendapat dan argumentasi dengan empat orang. Dengan demikian siswa berpikir/bekerja individual, kemudian berpasangan, setelah itu berempat.

Think Pairs Square memberikan kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide mereka dan menyediakan sarana bagi mereka untuk melihat metodologi pemecahan masalah lain. Jika salah satu pasangan siswa tidak mampu menyelesaikan masalah, pasangan siswa lain sering dapat menjelaskan jawaban mereka dan metodologis. Akhirnya, jika masalah yang ditimbulkan tidak memiliki "benar" menjawab, dua pasang siswa dapat menggabungkan hasil mereka dan menghasilkan jawaban yang lebih komprehensif.

Langkah-langkah:

a. Guru memberikan suatu permasalahan/pertanyaan pada kelas. Misalnya, guru bertanya,”Apa yang dimaksud dengan pemanasan global? Mengapa isu pemanasan global sedang ramai dibicarakan orang? Adakah tanda-tanda terjadinya pemanasan global di kota kita ini?”

b. Setiap siswa secara individual diminta untuk merenungkan kemungkinan jawabannya terlebih dahulu. Guru memberikan waktu yang cukup. Tahap ini disebut tahap Berpikir/Think.

c. Setelah siswa mencari/memikirkan jawaban atau tanggapan sendiri-sendiri, guru kemudian meminta siswa secara berpasangan mendiskusikan jawaban mereka. Pada kesempatan ini mereka bisa saling bertukar pikiran dan argumentasi tentang permasalahan yang disampaikan oleh guru. Tahap ini tahap berdiskusi Berpasangan/in Pairs.

d. Setelah diskusi berpasangan dirasakan cukup, guru mengundang tiap siswa / pasangan siswa untuk berdiskusi atau bertukar pendapat dan argumentasi terhadap permasalahan yang diajukan guru dengan siswa / pasangan siswa yang lain. Tahap ini disebut Berempat/Square.


Salam Belajar!

Aug 26, 2009

Pembelajaran Kooperatif: Numbered Heads Together

Numbered Heads Together / Anggota Bernomor Bekerja Bersama (AB3) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992.
Pada model pembelajaran ini, setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

Guru yang menggunakan model pembelajaran ini membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok sengaja diberi nomor untuk memudahkan kinerja kerja kelompok, mengubah posisi kelompok, memberikan persoalan materi bahan ajar
kemudian bekerja kelompok, mempresentasikan, dan mendapat tanggapan dari kelompok lain.

Langkah-langkah:

a. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat orang.

b. Setiap anggota kelompok mendapat nomor 1, 2, 3, dan 4.

c. Guru (atau siswa atau kelompok) memberikan pertanyaan berdasarkan teks yang dibaca. Misalnya: Bagaimanakah proses terjadinya efek umpan balik dalam pemanasan global? Guru juga bisa memberikan bentuk tugas yang lain.

d. Semua siswa dalam kelompok masing-masing bekerja sama mencari dan membahas jawaban/pemecahan atas pertanyaa/masalah yang diberikan. Kelompok memastikan bahwa setiap anggota menguasai jawaban/jalan keluar atas masalah yang diberikan.

e. Setelah diskusi di dalam kelompok di rasa cukup, guru memanggil siswa dengan nomor-nomor tertentu untuk menjawab atau melaporkan. Misalnya jika guru memanggil nomor 4, itu berarti semua siswa bernomor 1 harus siap untuk terpilih memaparkan jawaban atas permasalahan yang diberikan guru.

f. Guru meneruskan proses pembelajaran dengan memanggil nomor-nomor yang lain.

Salam Belajar!

Pembelajaran Kooperatif: Think Pairs Share

Think Pairs Share atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi dengan Kelas/ B3K merupakan model pembelajaran kooperatif yang sangat populer karena mudah pengelolaan kelasnya. Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman dari Universitas Maryland pada 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif sejak saat itu.

Guru yang menggunakan model pembelajaran ini menyajikan materi secara klasikal, kemudian memberikan permasalahan/pertanyaan kepada siswa. Siswa merenungkan dan mencari kemungkinan jawabannya (think), setelah itu guru meminta siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (pairs) untuk mendiskusikan jawaban mereka. Hasil dari bekerja kelompok dipresentasikan pada kelas (share).

Langkah-langkah:

a. Guru memberikan suatu permasalahan / pertanyaan pada kelas. Misalnya, guru bertanya, "Apa yang dimaksud dengan pemanasan global? Mengapa isu pemanasan global sedang ramai dibicarakan orang? Adakah tanda-tanda terjadinya pemanasan global di kota ini?"

b. Setiap siswa secara individual diminta untuk merenungkan kemungkinan jawabannya terlebih dahulu. Guru memberikan waktu yang cukup. Tahap ini disebut tahap Berpikir / Think.

c. Setelah siswa mencari / memikirkan jawaban atau tanggapan sendiri-sendiri, guru kemudian meminta siswa secara berpasangan mendiskusikan jawaban mereka. Pada kesempatan ini mereka bisa saling bertukar pikiran dan argumentasi tentang permasalahan yang disampaikan oleh guru. Tahap ini disebut tahap berdiskusi Berpasangan / in Pairs.

d. Setelah diskusi berpasangan dirasakan cukup, guru mengundang tiap siswa / pasangan siswa untuk berbagi jawaban atau komentar secara pleno kelas terhadap permasalahan yang diajukan guru. Tahap ini disebut Berbagi / Share.


Salam Belajar!

Aug 20, 2009

Pembelajaran Kooperatif: STAD (Student Teams Achievement Divisions)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di Johns Hopkins University dan barangkali merupakan pendekatan cooperative learning yang paling sederhana dan paling mudah dipahami (Slavin, 1994, 1995).

Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi akademis baru kepada siswa setiap minggu atau secara regular, baik melalui presentasi verbal atau teks. Siswa di kelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompok/tim belajar, dengan wakil-wakil dari kedua gender, dari berbagai kelompok rasial atau etnis, dan dengan prestasi rendah, rata-rata, dan tinggi.

Anggota – anggota tim menggunakan worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi akademis dan kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring, saling memberikan kuis, atau melaksanakan diskusi tim.

Secara individual, siswa diberi kuis mingguan atau dua mingguan tentang berbagai materi akademis. Kuis – kuis ini diskor dan masing-masing individu diberi "skor kemajuan". Skor kemajuan bukan didasarkan pada skor absolute siswa, tetapi pada seberapa banyak skor itu bertambah dari rata-rata skor sebelumnya.


Langkah-langkah:

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4-5 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku, agama, dan lain-lain.

b. Guru membahas topik pembelajaran, misalnya sistem pencernaan manusia.

c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan / membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Di sini anggota kelompok saling bekerja sama.

d. Guru memberi kuis/pertanyaan/tes kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

e. Hasil tes diskor. Skor tiap siswa ditentukan berdasarkan skor/perbaikan tiap anggota kelompoknya.

Salam Belajar!

Sumber: www.mas-devid.blogspot.com

Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Belajar kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.

Pembelajaran kooperatif juga bisa dipakai sebagai sarana untuk menanamkan sikap inklusif, yaitu sikap yang terbuka terhadap berbagai perbedaan yang ada pada diri sesama siswa di sekolah. Pengalaman bekerja sama dengan teman yang memiliki perbedaan dari segi agama, suku, prestasi, jenis kelamin, dan lain-lain diharapkan bisa membuat siswa menghargai perbedaan tersebut.

Selain itu pembelajaran kooperatif juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan beberapa kecakapan hidup yang disebut sebagai kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata.

7. Menulis cerita kelompok
8. Menemukan yang salah
9. Di dalam dan di luar lingkaran


Salam Belajar!

Aug 7, 2009

Pembelajaran Kooperatif : Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Langkah-langkah:

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4-5 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku, agama, status sosial, dan lain-lain. Kelompok ini disebut kelompok asal.

b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. Misalnya, untuk topik sistem pencernaan, ada subtopik tentang mulut; lambung; usus halus; usus besar; poros; dan dubur dibagitugaskan pada tiap anggota dalam kelompok.

c. Setiap siswa yang mendapat subtopik mulut berkumpul bersama membentuk tim ahli mulut. Siswa lain yang mendapat subtopik lambung juga berkumpul bersama membentuk tim ahli lambung. Begitu seterusnya. Tim ahli membahas subtopik masing-masing dan menjadi ahli dalam topik itu.

d. Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian secara bergantian, tiap siswa yang telah menjadi ahli mengajar teman satu tim mereka tentang subtopik yang mereka kuasai.

e. Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, atau membuat rangkuman tentang, misalnya sistem pencernaan pada manusia. Guru juga bisa memberikan tes pada kelompok. Tapi pada saat mengerjakan tes siswa tidak boleh bekerja sama.

Salam Belajar!

Sumber: www.idonbiu.com