Nov 29, 2008

PROSES BELAJAR BERDASARKAN KERJA OTAK

Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS
Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Saraf, Subdivisi Saraf Anak RSHS/FK UNPAD Bandung

PENDAHULUAN
Saat ini kita sering mendengar terjadi krisis dibidang pendidikan. Mengapa hal ini dapat terjadi ?

Metode pembelajaran yang berlangsung saat ini dengan penyajian lebih menitik beratkan pada rangsangan dengar (auditory) berupa latihan (drill), pengulangan, orientasinya detail, kurang melibatkan proses pemecahan suatu masalah, sangat sesuai dengan pola belajar pada otak kiri, dimana individu tersebut kurang hiperaktif dan tidak mendapatkan terlalu banyak rangsangan.

Masalah mulai timbul karena pada generasi anak saat ini dimana dengan berkembangnya budaya, sejak kecil anak telah diberi banyak rangsang penglihatan (visual), misalnya rangsangan dari TV dll; sehingga pola pembelajaran anak bergeser kearah otak kanan dengan pola berpikir secara visual dan lemah dalam menerima rangsang dengar (auditory) tetapi mempunyai kemampuan untuk pemecahan masalah.

Hal ini mengakibatkan jurang antara anak didik dan guru menjadi lebar, karena pola pembelajaran disekolah tidak sesuai dengan pola pembelajaran yang dibutuhkan; sekolah menjadi tidak sejalan dengan pikiran anak.

Sementara itu para pendidik yang umumnya adalah populasi dengan pola otak kiri, seperti juga pada dominasi otak kiri lainnya, mempunyai kelemahan berupa kesulitan untuk dapat memahami bahwa orang lain mempunyai cara pandang yang berbeda dalam memproses keadaan. (Freed 1997)

Dalam makalah ini saya akan menguraikan mengenai proses belajar pada umumnya, perbedaan individu dengan otak kiri, otak kanan dan keduanya, proses belajar pada otak kiri dan otak kanan.

I. PROSES BELAJAR (Njiokiktjien 1988)

Rangsangan yang masuk melalui indera, akan dipersepsikan (diartikan), kemudian secara selektif informasi tersebut disimpan. Proses penyimpanannya melibatkan kedua belahan otak.

Ditingkat pre-kategorikal, informasi tertentu (spesifik) akan bertahan dalam waktu yang singkat (ingatan jangka pendek), untuk informasi yang dilihat ( visual) bertahan 200 ms, untuk informasi yang didengar (auditory) bertahan 2000 ms. Ini merupakan bagian dari working memory.

Ditingkat katagorikal, informasi secara kompetitif dipahami, kemudian menuju bagian otak tertentu sesuai jenis informasi yang masuk. Terjadi di working memory.

Informasi kemudian disimpan dalam ingatan jangka panjang; dan dapat direproduksi serta dapat dipanggil kembali (retrieval) atau direcall (diingat atau dikenali).

Langkah langkah proses informasi yang terjadi di working memori berupa pengenalan, kebermaknaan dan direkam dalam waktu yang singkat.

Di ingatan jangka pendek (short term memory) akan menampung unit secara terbatas, informasi dicoding secara semantik (berdasarkan arti), berurutan dan untextuality

Memori disimpan dalam berbagai modalitas yaitu
Memori episodik (waktu kejadian)

memori semantik (diartikan); dapat dalam bentuk verbal fonologi (suara dan bunyi) atau visual tekstual ( yang dilihat)

Penyimpanan visual : konkrit

penyimpanan auditory : berurutan dan abstrak; ada 2 aspek yaitu verbal dan non verbal

Memori prosedural : mengetahui bagaimana melakukan

memori deklaratif : mengetahui bahwa.

II. PERBEDAAN PADA INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI, OTAK KANAN DAN KEDUA OTAK. (Freed 1997)

A. INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI

Informasi diproses secara dengar (auditory); Orang ini senang berbicara dan menuliskan sesuatu.

Informasi yang didapat sedikit-sedikit, untuk mengetahui sesuatu secara gambaran utuh.

Mudah menangkap peraturan peraturan pada mengeja, tata bahasa, pemisahan kata dan mudah memahami bahasa asing.

Pola berpikirnya runtut ( sequensial), sangat logis dan analitik, senang membuat daftar.

Senang membuat aturan dan menaati aturan.

Belajar lebih berhasil dengan mengetahui langkah demi langkah yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dibanding bila didemonstrasikan.

Ingatan disimpan dalam bentuk nama dan kata kata dibandingkan dengan diimajinasikan.
Biasanya sangat reliable, prestasi disekolah baik.

Menyukai sesuatu yang dikenalnya dan yang dapat diperkirakannya.

Tidak menyenangi tantangan, ide baru dan perubahan pada rutinitas.

Mempunyai kecenderungan untuk menerima dan menghargai apa yang didengar dan dibaca daripada bertanya dan berpikir secara mandiri.

Mengerjakan sesuatu lebih memilih dalam kelompok dibanding bekerja sendiri.

Akan berhasil dalam pekerjaan rutinitas, tapi tidak berhasil bila memerlukan kreatifitas untuk penyelesaian masalah.

B. INDIVIDU DENGAN OTAK KANAN

Tipe pembelajaran visual (melalui rangsang mata). Dia akan belajar dengan gambar lalu membuat dengan caranya sendiri

Intuitif dan prosesnya acak (tidak berurutan)

Informasi terutama disimpan dalam bentuk gambar.

Ingatan visualnya kuat, ingatan dengarnya lemah. Ingatan dalam imajinasi dapat bertahan dalam waktu yang lama

Terdapat keterlambatan dalam memproses sesuatu yang didengar, karena kata yang didengar harus diubah menjadi gambar mental (mental picture.

Bila mengingat seseorang atau kejadian, akan ingat imajinasi orang tersebut dan dapat mengingat detail kejadian

Kurang mampu untuk menampilkan sesuatu secara logis, atau pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa.Lebih memilih menggambar dan berkreasi dibanding menulis dan bicara.

Senang mengerjakan beberapa pekerjaan pada saat yang bersamaan.

Menyukai pekerjaan dimana mereka dapat bergerak bebas dan tidak perlu duduk diam.

Tidak menyukai aturan, impulsif dan sering bertanya.

Menyenangi tantangan baru, penuh ide, sangat kompetitif dan perfeksionis.

Seorang genius yang kreatif, menyenangi seni dan musik

Cara berpikirnya menyeluruh (holistik), proses belajar secara menyeluruh untuk mengetahui bagian bagian kecil (whole to part learners)

Berpikirnya spasial (ruang) dan 3 dimensi

Keterampilan didapat dari demonstrasi, tidak dari penjelasan tahapan tahapan yang harus dilalui

C. INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI-KANAN

Mempunyai kemampuan untuk memindahkan pekerjaan sesuai dengan otak yang dibutuhkan.

Bila melibatkan proses membaca dan melakukan pekerjaan yang logis, dapat berlaku secara efisien dan secara berurutan.

Mempunyai kemampuan kreatif misalnya menggambar, memainkan musik

Mempunyai kemampuan (menyeluruh) holistic untuk menyelesaikan masalah yang besar dan perhatian detail.

Mempunyai kemampuan untuk mengorganisir dari otak kiri dan kemampuan kreatif dan brilliant dari otak kanan.

III. PROSES BELAJAR PADA OTAK KIRI DAN OTAK KANAN

1. BACA-TULIS- EJA

PADA OTAK KIRI . OTAK KIRI-KANAN: (Njiokiktjien 1997, NJiokiktjien 2003)

a. Pemahaman dan pengenalan apa yang dilihat

Mula mula anak belajar membaca melalui proses penglihatan, dimana bentuk huruf dan kata harus dicamkan dan diingat; kemudian bentuk tersebut diidentifikasi, diingat dan dihubungkan dengan bunyi huruf/kata.

b. Hubungan antara deret huruf dan deret bunyi

Setelah ada proses pemahaman tentang apa yang dilihat, didalam otak deretan huruf akan dirubah menjadi deretan bunyi, sehingga terjadi perekaman kata. Deretan huruf ini akan masuk dalam proses didaerah pendengaran sehingga terjadi pemanggilan bunyi.

c. Menganalisa apa yang didengar

Perbendaharaan kata pada permulaan bahasa bicara diwujudkan sebagai kesatuan bunyi,kemudian anak tahu bahwa satu kata terdiri dari beberapa bunyi tersendiri. Anak harus belajar untuk menganalisa apa yang didengar.

d. Pemahaman apa yang dibaca

Bila sudah terdapat kemajuan dalam proses membaca, bacaan tersebut harus dapat dimengerti sehingga dapat membuat ringkasan atau jalan pikiran dari apa yang telah dilihat. Untuk tahapan ini anak tidak boleh ada kesulitan dalam menemukan kata, dapat bicara dengan lancar, mempunyai tata bahasa yang digunakan.

PADA OTAK KANAN (Freed, 1997)

a. Mengeja (Visual Spelling)

Proses berpikir pada individu dengan otak kanan adalah secara visual dan spasial(penglihatan dalam ruang). Anak dapat membedakan konsonan tapi sulit untuk membedakan vocal tertentu. Karena proses berpikirnya dalam ruang, mudah terjadi inverse huruf, dan terlihat seperti cermin. Karena penglihatannya 3 dimensi, maka kata yang dilihat dapat terimajinasi berotasi (dari arah atas, bawah, seperti cermin).

Bentuk kata yang dilihat , diimajinasikan, lalu diingat. Setelah itu baru dapat dieja kedepan atau dieja mundur. Agar lebih mudah terperhatikan kata tersebut harus ditulis berwarna dengan masing suku kata diberi warna yang berbeda. Perlihatkan keanak selama 20 detik agar dapat terekam dipikirannya.

Anak akan sulit untuk menuliskan apa yang dilihat karena harus melihat kebawah, yang mempengaruhi proses pemanggilan kembali imajinasi visualnya.

Setelah menguasai dengan satu kata, ditingkatkan dengan gabungan beberapa kata atau satu kalimat.

b. Membaca

Proses membaca dimulai dengan melihat kata, diubah menjadi gambar didalam pikirannya, lalu diucapkan dengan kata.

Hal ini akan sulit dikerjakan karena konsentrasi anak lebih mudah beralih, informasi diproses dengan acak dan pandangan dapat melompat atau mundur dari kata yang harus dibaca. Jadi proses membaca menjadi tidak lancar; akan ada kata yang terlewati dan baris yang terlompati.
Bila anak ini mengerti konsep untuk mengubah kata menjadi gambar didalam pikirannya (mental picture), anak akan dapat membaca dalam hati.

Pola belajar yang whole to part, mengakibatkan ketidak mampuan dalam belajar huruf bunyi (fonem). Anak biasanya baru dapat membaca dikelas 3, setelah perbendaharaan kata yang dilihatnya banyak.

Metode phonic yang memecah kata menjadi huruf bunyi seperti yang diajarkan secara konfensional dan memerlukan proses pendengaran dan berurutan, hanya dapat dipakai untuk pola belajar otak kiri atau ke 2 otak (part to whole).

Pada otak kanan dipakai metode bahasa yang menyeluruh (whole language), dimana ini akan merangsang anak untuk senang membaca dan mengerti (komprehensif), baru kemudian memperbaiki detail (ejaan dan tata bahasa).

Anak diperlihatkan kata utuh dan dibacakan utuh untuk kemudian direkam dalam pikirannya (jangan dibiarkan anak untuk menebak).

c. Membaca dalam hati

Individu dengan pola belajar dengan otak kanan adalah seorang pembaca dalam hati yang ulung, dan dapat membaca dengan cepat, karena membaca adalah komprehensif (pemahaman) dan komprehensif adalah visual (sesuatu yang dapat dilihat).

Pada individu dengan pola belajar memakai otak kiri walau dapat membaca cepat, belum tentu pemahamannya baik. Untuk memahami apa yang dibaca , harus dengan membaca perlahan (silent) dan pelan pelan (slowly), sehingga kata kata tersebut akan masuk kedalam pikirannya. Biasanya menggunakan catatan , sehingga penyimpanan informasinya sistematik.

Individu dengan otak kanan akan membaca dengan cepat, melakukan scanning terhadap kata kata yang ada, sehingga mendapatkan gambaran detailnya.

Mula mula dibacakan, lalu disuruh untuk merubah kata kata tersebut menjadi gambar mental.

d. Menulis

Merupakan hal yang paling sulit untuk dikerjakan karena koordinasi motorikhalus umumnya juga terganggu.

Orientasi visualnya yang multidimensi membuat kecenderungan untuk melakukan kesalahan dalam menyalin huruf dan angka.

Terdapat kesulitan dalam mengalihkan dari gambar yang ada dipikirannya kedalam kertas dalam bentuk kata, membentuk huruf, ejaan, pemisahan kata, karena terjadi distorsi dari mental picturenya.

Pada otak kiri, berpikirnya secara symbol dan dalam bentuk kata,, sehingga mudah untuk menerjemahkan pikirannya ke kertas.

Pada otak kanan, sejak awal anak cenderung perfeksionis. Jadi bila terdapat kesalahan menulis yang harus diperbaiki membuatnya tidak mau menulis. Anak disuruh berbicara lambat, lalu kita menuliskan kata tersebut, beri tanda baca dan pemisahan kata; dengan demikian dia mengerti bagaimana cara menulis. Kemudian kita berbicara dengan lambat, anak disuruh menuliskan. Bila terdapat kesalahan perbaikilah kata tersebut secara kata yang utuh.

2. BERHITUNG

PADA OTAK KIRI (Njiokiktjien 1997, Njiokiktjien 2003).

a. Dapat menghitung dan mempunyai pengertian bilangan

Sebelum anak mampu berhitung, harus ada pengertian tentang jumlah dan pengertian tentang perbedaan diantara jumlah tersebut.

Saat balita anak belajar berhitung dalam situasi fisik dan konkrit, menghubungkan jumlah tersebut dengan bahasa yang diucapkan yaitu bilangan2 kemudian disusul dengan angka angka.

Pengertian bilangan ( pengertian jumlah tanpa ada benda fisik /konkrit yang dapat dihitung) harus sudah dimiliki pada usia 5 tahun.

b. Bahasa pada proses berhitung

Membagi atau merubah suatu jumlah, pengertian ditambah dan dikurangi, lebih besar dan lebih kecil perlu diajarkan selama perkembangan bicara dalam bentuk gerakan dan penglihatan. Salah satu syarat untuk dapat berhitung adalah tidak mengalami gangguan perkembangan berbahasa.

c. Mengerjakan simbol simbol hitungan

Syarat lain untuk berhitung adalah mengenal bentuk lambang hitungan, sehingga proses berhitung dapat berlangsung.

d. Proses berhitung sentral

Operasi matematika (tambah, kurang, kali dan bagi) akan dipelajari pada ahir periode manipulasi secara konkrit. Operasi matematika tidak tergantung dari simbul tertulis.

e. Faktor lain pada berhitung

Perhatian, pencaman dan daya ingat jangka pendek yang baik perlu untuk mencongak. Juga perlu daya ingat yang baik tentang apa yang didengar verbal. Pada mencongak juga diperlukan imajinasi penglihatan (visual) selama hitungan hitungan belum mampu dilakukan secara otomatis. Pada operasi yang lebih besar diperlukan keberuntunan, yang satu dulu, baru yang lain dan diperlukan urutan yang tepat serta perencanaan.

PADA OTAK KANAN (Freed, 1997)

Proses pembelajaran secara berlatih (drill), pengulangan dan ujian dengan waktu yang terbatas, hanya sesuai untuk individu dengan otak kiri.

Karena pola belajar pada otak kanan adalah visual, maka ilustrasikan konsep matematika secara visual misalmya menghitung uang, menggunakan sempoa.

Kekuatan individu ini terdapat pada intuisi matematika, sedangkan perhitungan arithmatika yang sederhana merupakan sisi kelemahannya.

Proses pembelajaran dengan menarik minat mereka dengan memperkenalkannya pada konsep matematika yang kompleks misalnya bilangan negatif, kuadrat, akar, tenaga (power), sebelum ahirnya diperkenalkan pada konsep dasar yaitu penjumlahan, pembagian sederhana, perkalian.
Kegiatan tersebut dapat berupa menghitung volume air yang ada di botol, mengetahui berapa lama kereta api dapat menempuh jarak bandung-jakarta bila kecepatannya tertentu, kegiatan memasak dengan cara menakar menggunakan cangkir dan sendok akan mengajarkankonsep volume, pecahan, perkalian.

Setelah dapat memahami proses perhitungan sederhana dan persamaan, dengan mudah akan dapat memahami sesuatu yang lebih abstrak dan konsep yang sulit ( misalnya geometri, kalkulus)

Proses berpikirnya visual; hindari anak disuruh menulis, tidak perlu menghitung dengan jari, dalam suasana relax, tidak ada tekanan karena pembatasan waktu, lakukan latihan mental matematika yang melibatkan keberuntunan secara auditori dan konsep matematika.

Dengan cara ini akan memotong daerah kelemahan anak (proses dengar) dan merubahnya menjadi kekuatan menggunakan kemampuan visualnya.

Latihan mental matematika ini juga memanfaatkan kemampuan visual tanpa gangguan untuk menuliskan atau menunjukan cara (langkah) penyelesaian.

Jangan memberi soal yang berlebihan ; cukup 5-10 soal dengan masalah yang berbeda.

KESIMPULAN

Terdapat 3 tipe proses belajar pada individu yaitu otak kiri, otak kanan dan kedua otak.
Harus dikenali pola belajar pada anak didik agar metode pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga hasil yang diperoleh optimal.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Freed J . The Left-Right Brain Continum. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997.

Freed J . Spelling. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997:96-103

Freed J . Reading. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997:104-122

Freed J . Math. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997:123-136

Freed J . Writing. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997:137-145

Njiokiktjien .Attention and Memory Development. In Pediatric Behavioural Neurology. Suyi Publicaties Amsterdam. 1988: 224-245

Njiokiktjien. Dysleksia and Dyscalculia. In Pediatric Behavioural Neurology. Suyi Publicaties Amsterdam. 1988: 311-327.

Njiokiktjien. Kesulitan Belajar pada Membaca, Menulis, dan Berhitung. Dalam Masalah dalam Perkembangan Psikomotor. Suyi Publ. Indonesia, Semarang. 2003:

PERTANYAAN UNTUK MENGINVENTARISIR POLA BELAJAR ANAK USIA 5-13 TAHUN

1. Apakah anak anda sangat banyak bergerak ?

2. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mewarna dan menulis ?

3. Apakah anak anda mengalami keterlambatan dalam berjalan ?

4. Apakah anak anda sangat sensitif terhadap kritikan ?

5. Aapakah anak anda menderita alergi atau asma ?

6. Apakah anak anda terampil dalam membangun mainan (building toys), misalnya Lincoln logs Legos dan Tinker toys?

7. Apakah anak anda terampil dalam permainan teka teki (puzzles) dan yang tercerai berai (mazes)?

8. Bila anda membacakan sebuah buku kepada anak anda dua atau 3 kali, dapatkah dia mengisi kata yang hilang dengan ingatan yang sangat baik ?

9. Apakah sangat penting bahwa anak menyukai guru disekolah agar dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik didalam kelas ?

10. Apakah anak anda mudah beralih perhatiannya, atau sering melamun ?

11. Apakah anak anda tidak dapat menyelesaikan tugas secara konsisten ?

12. Apakah anak anda cenderung berbuat duli baru berpikir ?

13. Apakah anda harus memotong label baju anak anda?

Apakah anak anda hanya mau memakai baju yang lembut dan well worn ?

14. Apakah anak anda overwhelmed pada saat berolah raga, pesta yang ramai, amusement park?

15. Apakah anak nada cenderung malu dan menghindari pelukan?

16. Apakah anak anda harus selalu diingatkan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan ?

17. Apakah anak anda sangat kompetitif (bersaing) dan tidak mau kalah ?

18. Apakah anak anda memiliki rasa humor yang baik ?

Apakah dia mempunyai kemampuan diatas rata rata untuk mengerti dan menciptakan permainan kata ?

19. Apakah anak anda sempurna dalam mencoba cara dalam melakukan sesuatu yang baru

20. Mampukah anak anda mengingat kembali saat liburan atau kejadian pada 1 atau 2 tahun yang lalu secara gamblang detailnya ?

Hasil : makin banyak jawaban “ya” makin kearah kanan
“ya” 0 -4 = sangat otak kiri
5 -8 = lebih otak kiri
9 -12 = otak kiri-kanan
13-16 = lebih otak kanan
17-20 = sangat otak kanan

PERTANYAAN UNTUK MENENTUKAN OTAK KIRI ATAU OTAK KANAN PADA ANAK USIA BELASAN DAN DEWASA

1. Apakah anda lebih baik mengingat wajah dibanding nama seseorang ?

2. Bila anda dihadapkan pada mainan atau harus memasangkan perabotan, apakah anda akan membuang petunjuk tertulisnya dan mencoba coba sendiri bagaimana cara memasangnya ?

3. Apakah anda lebih baik memikirkan ide bila anda ditinggal sendirian, konsentrasi, dibandingkan bekerja berkelompok ?

4. Apakah anda lebih mengandalkan pada gambar untuk mengingat sesuatu dibanding nama dan kata kata?

5. Apakah anda mengalami terutama kehilangan pendengaran akut ?

6. Apakah anda memotong label baju? Apakah anda menukai bahan pakaian yang lembut dan well worn, dibanding bahan yang kasar ?

7. Apakah anda cenderung untuk sering put yourself down ?

8. Bila anda diminta untuk mengeja kata, apakah anda melihat diingatan atau menyebutkannya secara apa yang didengar (phonetic) ?

9. Bila anda mempelajari sesuatu, apakah anda lebih memilih mempelajari secara menyeluruh dulu, dibandingkan mempelajari banyak fakta ?

10. Apakah anda terampil dalam membuat teka teki (puzzle) dan kesimpang siuran (mazes) ?
11. Apakah anda mudah membayangkan dalam 3 dimensi dengan baik ? Dengan kata lain dapatkah anda memvisualisasikan kubus dibenak anda, memutarnya, dan melihatnya dari berbagai sudut tanpa kesulitan ?

12. Apakah anda tergolong telat berkembang (late bloomer)?

13. Apakah anda harus menyukai guru anda agar dapat berprestasi baik dikelas ?

14. Apakah perhatian anda cepat beralih dan sering melamun ?

15. Apakah anda seorang yang perfeksionis dalam mencoba menyelesaikan masalah yang baru ?

16. Apakah anda seorang yang yang sangat kompetitif , pantang menyerah dibanding orang lain ?

17. Apakah anda seorang yang dapat menjelaskan seseorang dengan baik ? Apakah orang lain menganggap anda adalah seorang yang dapat membaca seseorang dengan baik ?

18. Apakah tulisan tangan anda dibawah rata rata atau termasuk buruk ?

19. Apakah saat kanak kanak anda mengalami keterlambatan dalam berjalan atau keterlambatan motorik lainnya ?

20. Bila anda berada dalam ruangan yang baru, apakah anda cenderung mudah untuk mencari jalan disekeliling ?

Hasil : makin banyak jawaban “ya” makin kearah kanan
“ya” 0 -4 = sangat otak kiri
13-16 = lebih otak kanan
5 -8 = lebih otak kiri
17-20 = sangat otak kanan
9 -12 = otak kiri-kanan

0 comments: